BACAAN
Ayub
38: 12-21
Pernahkah kita bersikap seolah-olah kita ini adalah Tuhan? Mungkin kita
mengatakan tidak pernah tapi jangan-jangan kita pernah melakukannya. Misalnya
saja, ada orang yang bersalah kepada kita, kita tidak mengampuni orang itu
tetapi malah membencinya. Tuhan saja mengampuni, ternyata kita malah bersikap
seolah-olah kita ini Tuhan, kita merasa berhak membenci dan mendendam. Atau
dalam kesempatan yang lain, kita merasa bisa mengatur hidup kita sendiri,
padahal kita tahu cara kita itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Entah itu
dalam pekerjaan, entaha itu dalam rumah tangga, kita bersikap seolah-olah bisa
menata sendiri, Tuhan mengajak kita untuk pasrah dan berserah setia, tetapi
kita tidak percaya pada jalan pasrah dan berserah, kita berusaha sendiri padahal
tahu itu bukan jalan yang benar. Pada saat itu kita menjad Tuhan. Atau ada
saudara kita yang berbuat salah dan kita merasa berhak menghakimi dia,
ngrasani, dan menghukum dia. Pada saat itu kita bersikap seolah-olah kita
adalah Tuhan.
Ayub pernah mengalami penderitaan berat. Hingga dia merasa berhak untuk
mengutuk Tuhan dan marah kepada Tuhan. Dia mengatakan Tuhan tidak adil. Dia
mengatakan rencana Tuhan untuk hidupnya adalah rencana yang buruk dan membuat
dia semakin susah. Pada saat itulah Ayub merasa bahwa dia mengetahui jalan
hidupnya seolah-olah lebih tahu dari Tuhan. Dia menjadi seolah-olah dia adalah
Tuhan.
Karena itulah Tuhan menantang Ayub, apakah Ayub pernah mendatangkan
pagi, atau menyentuh ujung bumi. Apakah Ayub tahu luas bumi, apakah Ayub tahu
dari manakah terang berasal. Ternyata Ayub tidak tahu semuanya. Tuhan adalah
misteri, banyak rencanaNya yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengerti.
Manusia tidak tahu segalanya, termasuk tentang hidupnya dan sesamanya. Maka
sikap menjadi seolah-olah kita adalah Tuhan dan bisa mengatur jalan hidup kita
sendiri adalah jalan yang tidak tepat. Apalagi seolah-olah bisa mengatur orang
lain menjadi seperti yang kita inginkan. Yang tepat adalah kita menyerahkan
hidup kita kepada Tuhan, suka dan duka kita serahkan kepadanya, sambil terus
percaya, rencanaNya indah, maka kita terus berusaha untuk berserah apa pun yang
terjadi.
Doa
Mohon didoakan agar setiap warga terus belajar berserah dan memasrahkan
hidupnya dalam suka dan duka.
Mohon didakan juga keluarga Ibu Ririn.
COMMENTS