Hari Ini, Rabu, 1 April 2017 GKJW Jemaat Tunglur mengadakan kebaktian Rabu Abu. Kebaktian berjalan dengan teduh di tengah gerimis yang mengguyur di luar gereja. Kebaktian yang berlangsung selama satu jam 15 menit tersebut membawa nuansa reflektif dalam sepanjang alur kebaktian. Suara piano yang lirih mengiring jemaat merefleksikan kembali kehidupannya.
Pada awal kebaktian Pdt. Gideon secara singkat menjelaskan tentang makna Masa Prapaskah dan Hari Rabu Abu dalam tradisi gereja. Kebaktian ini selalu diadakan di GKJW Jemaat Tunglur sejak tahun 2012, dalam rangka memasuki masa Pra Paskah.
Kehidupan umat beriman selalu dipenuhi jatuh dan bangun. Ada kalanya kekeringan jiwa dirasakan sehingga seseorang menjadi merasa Tuhan begitu jauh dari hidupnya. Maka pada Hari Rabu Abu, pembukaan Masa Prapaskah ini Pdt. Gideon mengajak jemaat untuk kembali pulang dalam cinta kasih Tuhan. Kembali merasakan panggilan iman dalam hatinya. Ketiga bacaan Alkitab dari Yoel 2, 2 Korintus 5-6, dan Injil Matius 6 mengingatkan jemaat bahwa kehidupan iman bukan sekadar tata lahir. Kehidupan iman yang hanya sekadar tata lahir itulah yang menyebabkan hidup, termasuk hidup beriman menjadi kering, bahkan bukan hanya kering kadang juga jatuh dalam kemunafikan. Tuhan yang di tempat tersembunyi melihat apa yang tersembunyi.
Pada kebaktian ini, setelah renungan, jemaat diajak untuk berdoa di depan cermin yang disediakan di depan. Hal ini melambangkan kita kembali bercermin (berefleksi) atas keberadaan hidup kita. Setelah berdoa di depan cermin ini, satu per satu jemaat ditoreh abu di dahinya. Pdt. Gideon lantas membisikkan, "Engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil." Abu mengingatkan pada tradisi dukacita, pertobatan, dan perkabungan yang dihidupi sejak jaman Perjanjian Lama.
Dalam Masa Prapaskah ini, Jemaat juga akan mendapatkan PTWG tentang berpuasa menurut Kristen. Karena hari ini tradisi puasa banyak dirasakan tidak diperlukan jemaat, padahal tradisi tersebut sebenarnya sangat dekat dengan akar Jawa dan akar Kekristenan. Ketiga bacaan pada Hari Rabu Abu ini juga menyinggung-nyinggung perihal puasa.
Abu yang dirorehkan di dahi Jemaat. |
Suasana ruangan Kebaktian Rabu Abu. |
Pdt. Gideon menorehkan Abu di dahi Bp. Nowo Diharjo, salah satu warga Jemaat. |
COMMENTS