BACAAN
Keluaran 34:1-9
Banyak orang yang dulu pernah mengalami hampir mati, entah karena sakit parah, kecelakaan, atau hampir dibunuh oleh orang, lantas menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Mereka melayani dengan lebih sungguh-sungguh, hidup dengan lebih baik, hidupnya tidak lagi diisi semata-mata untuk kepentingannya sendiri, tetapi hanya untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Mereka mengajak orang untuk mengenal Tuhan dengan lebih baik lagi. Mereka menjadi pribadi yang rendah hati, karena merasa bahwa hidupnya adalah bonus dari Tuhan. Sebuah kesempatan kedua.
Demikian juga yang dialami oleh orang-orang sepuh, mereka menganggap bahwa hidup ini adalah bonus dari Tuhan, sebuah kesempatan yang lain. Maka mereka pun biasanya menjadi lebih sungguh-sungguh dalam hidup. Karena bagi mereka merasa masih mendapatkan kesempatan dari Tuhan, hidup ini menjadi kesempatan berharga, jangan sampai disia-siakan.
Sama seperti kita yang telah melakukan kesalahan, tetapi kemudian kita diberikan kesempatan lagi. Maka kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berbuat lebih baik. Supaya tidak jatuh di kesalahan yang sama.
Demikian juga dengan Musa dan Bangsa Israel. Tuhan memberikan dasa titah kepada bangsa Israel dalam dua loh batu. Tetapi ternyata bangsa Israel malah menyembah anak lembu emas. Maka Musa marah dan memecahkankan dua loh batu itu. Namun ternyata itu bukan akhir cerita, bangsa Israel ternyata masih diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan, dalam bacaan kita hari ini Musa kembali diminta menulis dua loh batu itu lagi. Tanda kasih Tuhan kepada mereka.
Kita, orang Kristen, juga diberikan kesempatan Tuhan. Ketika kita mengaku percaya kepada Yesus, dosa kita diampuni. Maka jangan menyia-nyiakan kesempatan kedua dalam hidup kita ini.
DOA
Mohon didoakan supaya setiap warga jemaat bisa memberikan kesempatan kedua bagi kesalahan saudaranya, bahkan kesempatan ketiga dan keempat. Seperti Tuhan yang mengasihi tanpa henti. Dan supaya yang diberikan kesempatan menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.
Mohon juga didoakan keluarga Bp. Sardju Kasim.
COMMENTS