Kafe asik, kafe buat wifian, kafe buat ngedate dengan candlelight, full music, kartu remi dan domino ada di mana pun ... tapi ini di Tunglur!!! Itu yang bikin Kafe Door istimewa. Tunglur tempat yang tidak umum untuk konsep kafe semacam itu. Tapi siapa sangka sebuah kafe dengan nuansa lampu patio dan kain-kain putih yang menjulur turun dari rimbunan pohon mangga itu ternyata memberikan semuanya. Dan ada lagi pelayanannya benar-benar seperti kepada sahabat sendiri.
Bukan hanya itu, tapi kafe ini benar-benar mampu membawa nuansa romantis bukan hanya dengan penataan tempatnya, bahkan sejak menunya.
Sebut saja bagaimana mereka menuliskan menu mereka untuk kopi:
mereka adalah pecinta originalitas, berani dengan pahit, tak suka berkosmetik, jujur apa adanya.
Begitu seterusnya. Nama-nama kopi dan minuman yang lain membuat tersenyum geli sambil sebentar-sebentar menyamakan pesan yang tertulis di sana dengan diri sendiri. Ada benarnya juga. Bahkan untuk teh serah jahe gula merah mereka menuliskan: untuk mereka yang mencintai semuanya, yang bisa bersahabat dengan manusia, langit, tanah, dan udara (bahkan berbicara dengan serangga). Bukan hanya itu, harganya gila miring banget, untuk segelas kopi hitam harganya cukup dua ribu, teh tarik lima ribu saja, bahkan untuk minuman manusia serangga tadi harganya sama cukup lima ribu. Rasanya tidak berbeda dengan makanan yang dibeli di bandara dengan harga tiga sampai lima kali lipat.
Didukung musik yang beralih-alih aliran dari dangdut, jaranan, sampai yang melow-melow, kafe ini menjadi tempat yang sempurna buat nulis. Aku gak tahu kata yang tepat untuk menyebutnya, sebuah perpaduan antara sederhananya meja kursi dan sentuhan yang sentuhan ringan yang membuatnya terasa sekaligus sophisticated. Entahlah.
Ada dua tempat di kafe ini, satu di tempat duduk bambu dan satu lagi di rumah panggung. Sebenarnya duduk di bambu sedikit agak memaksa, itu pun jika kita pecinta empuk. Tapi untukku yang lebih suka duduk sendiri, itu tempat yang benar-benar pas. Untuk yang lebih nyaman memang lebih enak memilih untuk duduk di rumah panggung. Alasnya karpet dan lebih dekat dengan wifi, tapi juga lebih dekat dengan speaker. Bukan tipeku.
COMMENTS