Mengakui kerapuhan dan merengkuhnya untuk mengawali sebuah pertobatan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan di dalam kehidupan seseorang. Maka evaluasi diri dan introspeksi diri tetap harus tetap dilakuakn untuk dapat benar-benar siap menyambut Sang Pendamai yang akan berkorban bagi kita.
Dalam perenungan yang dibawakan, Pdt Adi menekankan bahwa pertobatan memang harus dilakukan dengan kesadaran yang penuh. Dan dalam hal ini kita sebagai manusia juga harus mau mengakui sisi gelap dari diri kita untuk diakui dengan rendah hati di hadapan Tuhan. Dan dalam menjalani laku hidupnya, jangan sampai kita bertindak seperti halnya orang farisi yang melakukan sedekah, doa dan puasa hanya untuk mencari pujian dan kemegahan diri semata seperti yang tersurat dalam bacaan Injil Matius 6 :1-6 dilanjutkan 16-21 yang membawa pesan kepada kita semua agar melakukan segala sesuatu dengan motivasi yang benar. Sehingga apa yang kita lakukan benar-benar menjadi berkat dan mewujudkan buah pertobatan yang nyata.
di bawah Tema "Sambut pendamaian dengan Introspeksi diri ini, kami belajar untuk dengan rela hati mau mencoba melihat kedalaman hati kami, sudahkah kami siap untuk menyambut dan menerima Sang Pendamai yang bahkan rela berkorban untuk kami umat manusia yang berdosa ini
Rabu, 26 Februari 2020 walau cuaca sedang tidak bersahabat dimana sepanjang sore kawasan Sambiresik memang diguyur hujan dan nampaknya memang hujan yang turun merata. Syukur kepada Allah, nyatanya cuaca buruk pun tidak menghalangi semangat kami untuk tetap beribadah. bahkan semua petugas Liturgis datang tepat waktu. Peribadatan berjalan dengan khidmat. Dekorasi pun ditata sedemikian rupa dengan nuansa warna ungu yang melambangkan keagungan serta dipadu dengan ranting-ranting kering yang melambangkan kerapuhan dan kefanaan manusia. Harapannya melalui simbol yang ada, jemaat dapat menghayati secara lebih mendalam tentang keberadaan manusia yang rapuh dan pertobatan yang menjadi jalan untuk berbalik pada Allah

Setelah perenungan Firman Tuhan jemaat diajak untuk mengambil saat teduh dengan diiringi lagu Mampirlah Dengar Doaku. kemudian masuk dalam doa persiapan batin untuk menerima peneraan abu. mengawali peneraan abu, Pdt. dan pemandu pujian menyanyikan lagu :"Hanya Debulah Aku" dalam suasana teduh dan dengan pencahayaan yang redup jemaat maju menerima peneraan abu.
Dalam peneraan abu Pdt mengucapkan kalimat "ingatlah bahwa engkau berasal dari debu dan akan kembali kepada debu. Kalimat ini sungguh mengingatkan akan kefanaan kita sebagai manusia yang sejatinya memang hanya berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Peneraan abu tidak hanya dilakukan bagi warga dewasa saja tetapi juga bagi anak-anak yang juga sudah bersama-sama berproses mendalami apa itu rabu abu dan bagaimana penghayatannya di dalam kelas katekisasi.
Setelah menerima peneraan abu dan bersaat
teduh, sebagai wujud mengungkapkan tekad untuk memulai sebuah pertobatan
yang diawali dari diri sendiri, sambil mengumpulkan ucapan syukur, warga jemaat
menyanyikan lagu "Kumulai dari Diri Sendiri" Sebagai wujud tekad
bersama untuk memulai ketaatan dan bertobatan dari diri sendiri. Lagu ini pun
akan menjadi lagu tema di GKJW Jemaat Tunglur selama masa pra paskah ini.
Harapannya permulaan masa pra paskah ini sungguh dapat membawa kami untuk
mempersiapkan diri dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mewujudkan buah pertobatan dalam kehidupan kami.
Selamat memasuki masa prapaskah :)
(ASN)
COMMENTS