Kehidupan layaknya roda yang harus terus berputar seiring laju waktu, ada kalanya seseorang berada di atas panggung dan ada kalanya pula ia harus turun panggung. Setiap masa ada orangnya,dan setiap orang ada masanya, sebuah kesadaran bahwa hidup harus terus berkelanjutan, dengan hadir atau tidaknya diri kita.
Kesadaran ini pula yang harus dimiliki dan dipegang oleh setiap orang, menyadari bahwa diri tidak selamanya ada di depan. Seringkali, kealpaan membuat orang kemudian lupa untuk melakukan regenerasi secara baik. Kesalahan berpikir bahwa merasa akan hidup untuk selamanya, melakukan berbagai ide dan gagasan sekaligus menjalankan kewenangan sendiri. Kealpaan yang jelas fatal dan tentu saja bertentangan dengan siklus kehidupan.
Dalam posisi dan kondisi apapun perlu memperhatikan dan memastikan bahwa di kiri-kanan dan di belakang kita ada kader dan generasi-generasi yang akan menjaga keberlanjutan ide. Memastikan ada serah terima untuk dilanjutkan.
Hari ini, Minggu tanggal 9 Mei 2021, kelas "Mulung" mulai dibuka untuk siapapun yang sadar dan merasa bahwa mereka adalah generasi yang harus melanjutkan peran dalam pengolahan media dan digital jemaat. Mereka yang berani dan tanggap akan kehidupan bersama, menjaga agar tidak ada yang hilang dan padam.
"Mulung" atau singkatan dari Multimedia GKJW Tunglur, adalah pokja media yang sebelumnya hanya digerakkan oleh dua pemuda saja, Mas Edvin dan Mas Nanda. Hari ini, "Mulung" telah memulai pergerakan regenerasinya dengan membuka kelas, kegiatan yang sebenarnya sudah diagendakan sejak lama namun baru bisa terlaksana.
Bersama Mas Edvin, pertemuan pertama kali ini diikuti oleh sebagian besar anak-anak dan remaja jemaat. Bukan mengkotak-kotakan bahwa kelas ini hanya boleh diikuti oleh mereka yang muda saja sebenarnya, namun tentu saja sasaran utamanya adalah mereka. Adalah Mbak Risma, Axel, Shelin, Fanya, Roger, Gabriel, Tristan, Riko, Christi dan Lady. Mereka dibagi menjadi dua kelompok yang ke depannya akan terus bekerja bersama sesuai kelompok masing-masing.
Pertemuan pertama ini, mereka dikenalkan dengan software Adobe Premiere Pro, mulai dari pengenalan beberapa tool dan fungsinya hingga cara pengaplikasiannya. Dengan waktu dua jam, mereka telah dibekali teknik dasar editing audio visual: memotong project video dan audio, menyinkronkan audio dari dua sumber video, menambahkan transisi pada video dan audio, serta menambahkan teks.
Antusias dan semangat yang luar biasa saat mengikuti kelas, seakan ada harapan yang sangat baik pada diri mereka. Hingga kelas hampir selesai, mereka tidak menunjukkan raut lelah sama sekali, namun memang itu yang seharusnya terjadi.
Setelah meninggalkan kelas, ternyata ada yang menunggu mereka di luar, Es Cimoy (Cincau Lemon Yahudd), minuman segar racikan Pak Pendeta yang diwadahi dalam panci besar itu semakin menambah semangat mereka siang ini. Sembari menghabisi minuman dingin yang seperti menantang untuk segera dihabiskan itu, mereka melakukan kegiatan masing-masing: membantu Mas Edvin memberekan kelas, bermain game, atau sekadar koyah bersama.
Melihat ini, harapan besar kepada mereka adalah jangan sampai semangat yang seperti ini hanyut seiring bertambah dewasanya mereka. Seringkali ketika kita sudah dihadapkan pada kehidupan yang sebenarnya, mulai memikirkan sandang dan pangan, dan tidak hanya menggeluti keseharian yang hanya tahu tentang keasyikan saja, kita kemudian merasa lelah dan enggan untuk melakukan hal baik yang memang tidak menghasilkan materi. Namun yang terpenting, sejauh manapun mereka nantinya akan pergi, jangan lupa untuk pulang, pulang yang dalam artian sangat luas dan dalam, jauh lebih luas ketimbang hanya pulang untuk menjenguk rumah dan keluarga mereka sendiri. Ada kehidupan gereja yang menunggu!
Selamat menjalani kehidupan. Nikmati hidup, namun jangan larut dalam kenikmatan hidup. Melangkahlah dengan tujuan, hai generasi muda! Bersiaplah untuk menerima apa yang akan kalian lanjutkan. Tuhan memberkati.
______________________________________
Penulis : Edvin Cyssara Adittama
COMMENTS