Sabtu, 3 Juni 2017, Pdt. Gideon diundang oleh MD Madiun untuk mengisi materi dalam Pekan Raya Pemuda MD Madiun di Monumen Kresek, Madiun. Pdt. Gideon diminta untuk mengisi 2 materi, sebuah materi untuk kelas minat musik Gerejawi dan materi umum tentang ke-GKJW-an.
Dalam materi tentang Musik Gerejawi, Pdt. Gideon memberikan penekanan bahwa tantangan terbesar dalam pelayanan musik gerejawi, selain komitmen dan keinginan untuk bertumbuh dan melayani dengan sepenuh hati adalah gereja yang mulai tidak menjadi basis pertumbuhan musik. Hari ini tantangan gereja bukan lagi musik gereja denominasi mainstream dan penerimaan terhadap musik band dan pelayanan a la gereja kharismatik. Karena rata-rata gereja telah memberikan pemuda ruang untuk bermusik sesuai dengan perkembangan pelayanan musik. Tetapi masalah utamanya adalah gereja tidak lagi menjadi barometer pertumbuhan musik. Musik gerejawi kadang dikerjakan dengan setengah hati. Oleh karena itu, jika dulu pada tahun 1980an banyak diadakan Pesparawi, bahkan paduan suara gereja dianggap sebagai salah satu yang terbaik. Pada hari ini paduan suara di gereja tidak lagi dilakukan dengan sungguh-sungguh seperti dahulu. Di sisi lain untuk para pemuda, musik-musik dalam konser, band sekuler, dan pertunjukan orkes, seringkali lebih menggetarkan hati daripada musik gerejawi. Sedangkan bermusik adalah bagian dari pelayanan gerejawi, bahkan menjadi salah satu ciri khas identitas Kekristenan di Indonesia.
Dalam materi tentang ke-GKJW-an, Pdt. Gideon menekankan sesanti-sesanti GKJW, mulai dari 'Gereja Gerakan Warga', 'Patunggilan kang Nyawiji', 'Mandiri dan Menjadi Berkat' dalam lintasan sejarah. Disusul dengan mengingatkan para pemuda pada konsentrasi perogram untuk para pemuda yang meliputi:
Dalam materi tentang Musik Gerejawi, Pdt. Gideon memberikan penekanan bahwa tantangan terbesar dalam pelayanan musik gerejawi, selain komitmen dan keinginan untuk bertumbuh dan melayani dengan sepenuh hati adalah gereja yang mulai tidak menjadi basis pertumbuhan musik. Hari ini tantangan gereja bukan lagi musik gereja denominasi mainstream dan penerimaan terhadap musik band dan pelayanan a la gereja kharismatik. Karena rata-rata gereja telah memberikan pemuda ruang untuk bermusik sesuai dengan perkembangan pelayanan musik. Tetapi masalah utamanya adalah gereja tidak lagi menjadi barometer pertumbuhan musik. Musik gerejawi kadang dikerjakan dengan setengah hati. Oleh karena itu, jika dulu pada tahun 1980an banyak diadakan Pesparawi, bahkan paduan suara gereja dianggap sebagai salah satu yang terbaik. Pada hari ini paduan suara di gereja tidak lagi dilakukan dengan sungguh-sungguh seperti dahulu. Di sisi lain untuk para pemuda, musik-musik dalam konser, band sekuler, dan pertunjukan orkes, seringkali lebih menggetarkan hati daripada musik gerejawi. Sedangkan bermusik adalah bagian dari pelayanan gerejawi, bahkan menjadi salah satu ciri khas identitas Kekristenan di Indonesia.
Dalam materi tentang ke-GKJW-an, Pdt. Gideon menekankan sesanti-sesanti GKJW, mulai dari 'Gereja Gerakan Warga', 'Patunggilan kang Nyawiji', 'Mandiri dan Menjadi Berkat' dalam lintasan sejarah. Disusul dengan mengingatkan para pemuda pada konsentrasi perogram untuk para pemuda yang meliputi:
- Penyediaan dan pendaratan bahan pembinaan yang membekali pemuda dalam menghadapi era global.
- Pembekalan dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi pemuda untuk berkiprah dalam era global.
- Pemantapan Regenarasi Pemuda.
- Pembinaan dan pengembangan model pembinaan tenaga pendamping pemuda dan mahasiswa.
- Pengembangan Peribadatan Pemuda GKJW.
- Peningkatan kualtas dan kuantitas komunitas basis mahasiswa.
- Pengembangan sistem pembinaan pemuda dewasa.
Dengan ketujuh program utama tersebut harapannya para pemuda GKJW semakin siap untuk terus mewujudkan iman Kristennya di tengah tantangan jaman.
COMMENTS