Setiap Hari Minggu I dan III para perempuan GKJW Jemaat Tunglur di bawah KPPW (Komisi Pembinaan Peranan Wanita) mengadakan kebaktian. Kebaktian ini diadakan bergantian, pada Minggu I diadakan di gereja dan pada Minggu III diadakan bergilir di rumah para warga perempuan. Selain berkebaktian mereka juga mengadakan kegiatan lain: penyuluhan kesehatan, pelatihan keterampilan, dan arisan.
Kebaktian ini merupakan kebaktian kategorial, selain kebaktian anak, kebaktian remaja, kebaktian pemuda, dan kebaktian adi yuswa. Kebaktian Wanita merupakan wahana bagi para perempuan untuk merasakan perjumpaan dengan Tuhan dengan bahasa khas para perempuan. Pergumulan perempuan, khususnya setelah menikah, memiliki anak berbeda dengan pergumulan kategori yang lain. Iman adalah bahasa khas, bahasa personal, maka semakin personal kebaktian, semakin mungkin seseorang bisa merasakan perjumpaan dengan Tuhan di tengah pergumulan khasnya.
Bukan hanya berkebaktian saja, pada kebaktian Minggu III para perempuan juga mendapatkan penyuluhan kesehatan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dirasakan penting karena perempuan adalah salah satu pilar kekuatan keluarga. Perempuan memiliki bagian penting dalam kemandirian dan bagaimana keluarga bisa menjadi berkat. Pelatihan keterampilan yang diadakan beragam mulai dari membuat masakan sederhana seperti singkong keju, telur asin, dan berbagai macam olahan makanan, juga keterampilan sehari-hari yang berguna dalam kehidupan keluarga.
Penyuluhan kesehatan diadakan utamanya oleh warga jemaat yang berprofesi sebagai perawat di RSUD Pare, Ibu Setyo Sayekti. Beliau membagikan pengetahuan tentang penyakit, obat-obatan, makanan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan. Ada kalanya juga mendatangkan tamu dari luar jemaat, seperti dari Pare dan sekitarnya.
Kebaktian wanita ditutup dengan arisan yang diadakan rutin. Arisan ini menjadi pengikat hubungan sosial antar warga gereja sekaligus membantu warga perempuan yang pada saat itu sedang membutuhkan bantuan dana. Tidak setiap perempuan diharuskan mengikuti arisan, karena kegiatan ini disadari sebagai kegiatan sekunder, yang utama adalah pada kebaktiannya.
Kebaktian ini merupakan kebaktian kategorial, selain kebaktian anak, kebaktian remaja, kebaktian pemuda, dan kebaktian adi yuswa. Kebaktian Wanita merupakan wahana bagi para perempuan untuk merasakan perjumpaan dengan Tuhan dengan bahasa khas para perempuan. Pergumulan perempuan, khususnya setelah menikah, memiliki anak berbeda dengan pergumulan kategori yang lain. Iman adalah bahasa khas, bahasa personal, maka semakin personal kebaktian, semakin mungkin seseorang bisa merasakan perjumpaan dengan Tuhan di tengah pergumulan khasnya.
Bukan hanya berkebaktian saja, pada kebaktian Minggu III para perempuan juga mendapatkan penyuluhan kesehatan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dirasakan penting karena perempuan adalah salah satu pilar kekuatan keluarga. Perempuan memiliki bagian penting dalam kemandirian dan bagaimana keluarga bisa menjadi berkat. Pelatihan keterampilan yang diadakan beragam mulai dari membuat masakan sederhana seperti singkong keju, telur asin, dan berbagai macam olahan makanan, juga keterampilan sehari-hari yang berguna dalam kehidupan keluarga.
Penyuluhan kesehatan diadakan utamanya oleh warga jemaat yang berprofesi sebagai perawat di RSUD Pare, Ibu Setyo Sayekti. Beliau membagikan pengetahuan tentang penyakit, obat-obatan, makanan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan. Ada kalanya juga mendatangkan tamu dari luar jemaat, seperti dari Pare dan sekitarnya.
Kebaktian wanita ditutup dengan arisan yang diadakan rutin. Arisan ini menjadi pengikat hubungan sosial antar warga gereja sekaligus membantu warga perempuan yang pada saat itu sedang membutuhkan bantuan dana. Tidak setiap perempuan diharuskan mengikuti arisan, karena kegiatan ini disadari sebagai kegiatan sekunder, yang utama adalah pada kebaktiannya.
COMMENTS