Kafe Door kembali buka besok. Hal ini melahirkan sukacita yang luar biasa, karena momen tersebut bersamaan dengan dimulainya masa Prapaskah tahun 2017 ini. Prapaskah dimaknai sebagai masa pertumbuhan jika ketika kita kembali merasakan kerinduan kepada Tuhan setelah kekeringan jiwa. Maka demikian pula rasanya dengan pembukaan Kafe Door ini, setelah empat bulan mengalami ketidakjelasan nasib, akhirnya semangat itu tumbuh kembali.
Kafe Door ini seperti Kafe Door versi 2, karena sekalipun semangat awalnya sama seperti semangat awal pembukaan Kafe Door dahulu, yaitu untuk melatih para pemuda berwirausaha, namun kali ini Kafe Dooor akan dikelola bersama-sama oleh para pemuda. Tentu hal ini hal yang baik, karena ini mengingatkan bahwa nyawa dari Kafe Door adalah upaya untuk menghidupkan panggilan GKJW keluar dari terang menuju terangNya yang sejati. Dan dalam semangat itu semangat persaudaraan menjadi mengemuka. Kafe ini berdiri bukan sekadar untuk semata-mata tujuan komersial dan ekonomis, tetapi lebih dari itu untuk mewujudkan panggilan iman bersaudara. Saling menguatkan, menguatkan, dan membangun.
Yang paling patut diapresiasi adalah bahwa semangat melanjutkan Kafe Door kali ini adalah inisiatif murni dari para pemuda. Termasuk bahwa mereka akan mengusahakan pendanaan, manajemen, dan kebutuhannya secara mandiri. Dan untuk keperluan itu, para pemuda Tunglur (yang sebenarnya tak begitu banyak) menjadi lebih sering berkumpul dan berkomunikasi. Mereka mempunyai bahasa-bahasa khas mereka, seperti mbajing, ngasu, dll. Bahasa yang di balik kesannya yang terdengar kasar, tetapi justru di sanalah letak semangat persaudaraannya. Seperti mengingatkan, kita di Jawa Timur, ketika pisuhan sebenarnya adalah tanda paseduluran.
Pembukaan ini semacam soft opening. Dalam pembukaan ini mungkin belum bisa sepenuhnya optimal, namun optimal itu akan diusahakan dengan berjalan. Dengan itu harapannya umur Kafe Door akan panjang. Tentu banyak mimpi dan harapan, tetapi mimpi dan harapan terbesar pun selalu dimulai dari langkah kecil. Dan yang menyenangkan adalah kali ini langkah itu dilakukan bersama-sama. Ini memberikan rasa GKJW yang kental, Golek Sedulur.
Kafe Door ini seperti Kafe Door versi 2, karena sekalipun semangat awalnya sama seperti semangat awal pembukaan Kafe Door dahulu, yaitu untuk melatih para pemuda berwirausaha, namun kali ini Kafe Dooor akan dikelola bersama-sama oleh para pemuda. Tentu hal ini hal yang baik, karena ini mengingatkan bahwa nyawa dari Kafe Door adalah upaya untuk menghidupkan panggilan GKJW keluar dari terang menuju terangNya yang sejati. Dan dalam semangat itu semangat persaudaraan menjadi mengemuka. Kafe ini berdiri bukan sekadar untuk semata-mata tujuan komersial dan ekonomis, tetapi lebih dari itu untuk mewujudkan panggilan iman bersaudara. Saling menguatkan, menguatkan, dan membangun.
Yang paling patut diapresiasi adalah bahwa semangat melanjutkan Kafe Door kali ini adalah inisiatif murni dari para pemuda. Termasuk bahwa mereka akan mengusahakan pendanaan, manajemen, dan kebutuhannya secara mandiri. Dan untuk keperluan itu, para pemuda Tunglur (yang sebenarnya tak begitu banyak) menjadi lebih sering berkumpul dan berkomunikasi. Mereka mempunyai bahasa-bahasa khas mereka, seperti mbajing, ngasu, dll. Bahasa yang di balik kesannya yang terdengar kasar, tetapi justru di sanalah letak semangat persaudaraannya. Seperti mengingatkan, kita di Jawa Timur, ketika pisuhan sebenarnya adalah tanda paseduluran.
Pembukaan ini semacam soft opening. Dalam pembukaan ini mungkin belum bisa sepenuhnya optimal, namun optimal itu akan diusahakan dengan berjalan. Dengan itu harapannya umur Kafe Door akan panjang. Tentu banyak mimpi dan harapan, tetapi mimpi dan harapan terbesar pun selalu dimulai dari langkah kecil. Dan yang menyenangkan adalah kali ini langkah itu dilakukan bersama-sama. Ini memberikan rasa GKJW yang kental, Golek Sedulur.
Kerja bakti demi mimpi. |
Mencuci piring tak kenal gender, itu milik semua. |
Berberes. |
Semangat kembali membuka Kafe Door besok. |
COMMENTS