Tunglur. Jumat, 23 Februari 2018.
Siang tadi turun hujan rintik yang menyapu terik. Sore hari, si hujan sudah pamit, menyisakan jejak dalam bau khas yang segar. Suasana sore yang segar ini mendukung anak-anak untuk memulai belajar hal baru.
Belum genap pukul lima, anak-anak sudah berdatangan ke gereja.
"Bu Dev ayo kelas kreatif buu!"
"Yuk diberesin dulu kelasnya"
Sambil menunggu teman-teman yang lain, anak-anak yang terlebih dahulu datang menyiapkan kelas kreatif untuk dipakai hari ini.
Kelas kreatif kami hari ini akan memulai seri belajar yang baru. Kami memulai Belajar Bahasa Inggris. Iya bahasa Inggris! Bahasa yang hari - hari ini semakin dirasakan sebagai kebutuhan. Entah sekedar untuk bergaul atau sebagai wujud aktualisasi diri. Tapi sisi lain yang tak terelakkan adalah kenyataan bahwa bahasa Inggris makin menjadi tuntutan dalam dunia akademik dan pekerjaan. Coba lihat tes-tes sekarang, mereka yang kemampuan bahasa Inggrisnya baik biasanya mendapat nilai lebih.
"Kampung Inggris", mestinya sudah tidak asing lagi. Kampung yang dikenal sebagai pusat belajar bahasa Inggris ini lokasinya hanya sekitar 5 kilo dari Tunglur. Tidak jauh. Namun bukan berarti bahwa kami yang dekat ini terbiasa berbahasa Inggris. Sebab nyatanya, ketika Pdt Devina bertanya siapa yang suka bahasa Inggris, hanya 1 anak yang mengiya. Lainnya geleng kepala.
"Ah bahasa Inggris susah buu.. Aku nggak sukaaaa", begitu keluh mereka.
Nah itu masalahnya! Ketika kita memandang sesuatu dengan negatif, segala sesuatunya pasti akan terasa lebih sulit, lebih berat. Sebab kita menghadapinya dengan negatif : sebal-takut-malas. Tidak bahagia, boro-boro cinta!
Maka, hal yang mendasar dan utama yang harus diperbaiki adalah : "PERSEPSI". Bagaimana anak-anak memandang bahasa Inggrislah yang terlebih dahulu perlu dibangun. Bahasa Inggris sulit. Aku tidak bisa bahasa Inggris. Segala yang negatif itu terlebih dahulu dipertanyakan kebenarannya, lalu coba mengganti "kacamata" dengan melihat dari sisi positif. "Ah kata siapa sulit? Bahasa Inggris itu menyenangkan kok!"
Untuk mengganti persepsi negatif menjadi positif, maka segala kebiasaan yang memicu persepsi negatif juga harus ditinggalkan. Jadi sebelum memulai kelas, Pdt Devina menekankan bahwa semua yang ada di sini sama-sama belajar untuk menjadi pintar. Kalau ada yang lebih bisa, atau yang kurang bisa itu wajar. Yang penting semua harus saling membantu dan berani berusaha. Namanya juga belajar, jadi kalau salah ya wajar.
Yang menarik adalah kesepakatan yang dibuat dalam kelas ini : "Kalau ada teman yang mengejek, menertawakan kesalahan temannya, maka harus segera minta maaf dan minggu depan membawakan jajan dan diberikan kepada yang telah ditertawakan tadi"
Rasa percaya diri adalah unsur yang sangat penting untuk mengoptimalkan proses belajar anak. Dan ejekan, bully adalah cara termudah-terbiasa-dan terampuh untuk mematikan rasa percaya diri dan keberanian anak. Maka, kebiasaan mengejek ini perlu ditinggalkan.
 |
| Sebaliknya, perbanyaklah apresiasi :) |
Setelah anak-anak paham dengan segala kesepakatan belajar ini, maka kelaspun dimulai. Karena tujuannya untuk membuat anak-anak percaya bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan, maka Pdt Devina hari ini mengajak anak-anak belajar dari lagu. Terlebih dahulu anak-anak diajak untuk menulis lirik lagu, mencari kata-kata yang belum dimengerti, membahas kata-kata yang belum dimengerti, kemudian belajar bagaimana pengucapan kata-kata tersebut dengan benar.
 |
| Anak-anak menulis lirik lagu dan mencari kata-kata yang belum dimengerti |
 | |
|
 | |
|
 | |
|
Setelah itu, barulah mulai bernyanyi dengan gerakan masing-masing yang sesuai dengan makna tiap kata.
 | |
|
 | |
|
Kemudian, kata-kata yang asing yang telah dicatat tadi, dihafalkan artinya. Untuk mereka yang sudah tau arti semua kata-kata dalam lagu, diminta untuk mencari 3 benda di sekitar kelas kreatif yang belum mereka ketahui bahasa inggrisnya. Dicatat, dicari bahasa Inggrisnya, dihafalkan, dan membuat contoh kalimat sederhana dari kata tersebut.
Setelah itu, yang punya PR bahasa Inggris atau masih mau belajar bisa tinggal. Yang sudah merasa cukup bisa pulang.
Seperti itu kira-kira yang kami lakukan sesore tadi. Sederhana, bukan? Kami tidak tergesa-gesa, memang. Sebab belajar di kelas kreatif ini, tujuan utamanya untuk membangun cinta pada apapun yang kami pelajari. Dengan begitu, belajar bukan lagi menjadi beban yang membuat tertekan, tetapi sebuah kebahagiaan yang melahirkan makna dan pengertian. :)
Selamat belajar dengan bahagia, untuk semuanya..
Foto-foto lain ada di bawah <3 :)
COMMENTS