Vocation: Ketika Kristen Berarti Transisi


DARI ISRAEL ...

Israel dalam Alkitab (Perjanjian Lama) selalu digambarkan sebagai bangsa yang tidak pernah tinggal menetap di suatu tempat dengan cukup jenak. Mereka memuji Habel sang peternak ketimbang Kain, sebuah gambaran bagaimana mereka menjatuhkan pilihan pada kehidupan nomaden. Selanjutnya Abraham yang harus keluar dari Ur Kasdim menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Yakub, yang dari dia kita mendapatkan nama Israel pun adalah orang yang terus berpindah, dari rumah Ishak menuju kediaman Laban, dan terus berjalan sampai akhir masa hidupnya, sampai di Mesir ketika masa Yusuf. Berikutnya dari Mesir Israel mengarungi perjalan pulang kembali yang panjang selama 40 tahun. Sesampainya mereka di tanah terjanji, mereka pun ingin menobatkan raja, namun Samuel sang nabi besar itu sempat menentang mereka dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimanakah sebuah negara yang diperintahkan oleh seorang raja. Israel berkeras. Peringatan Samuel seolah menggemakan bahwa Israel tidak boleh berhenti bergerak, atau mereka akan hancur. Dan benar paska Rehabeam kerajaan itu terpecah. Mereka harus mengalami pembuangan ke Babel, lalu pulang kembali ke rumah, membangun puing kota mereka. Kembali sebuah perjalanan. Betapa menariknya bagaimana para penulis Alkitab melihat hidup ini tak lebih dari sebuah perjalanan yang belum tuntas sebelum sampai di tempat terjanji itu.

Israel Alkitabiah selalu Israel yang bertransisi. Menuju pada sebuah tujuan yang jelas: tempat yang dijanjikan Tuhan, tempat yang tidak satu orang pun tahu. Di mana di sana, bukan manusia yang memerintah mereka, tetapi tidak lain TUHAN sendiri. Israel pernah memiliki raja-raja, tapi tidak ada yang benar-benar dikenang. Jika pun ada raja yang dipuji-puji oleh Alkitab, dia adalah Daud, semua raja di Israel (Utara dan Selatan) dibandingkan dengannya. Dan alasannya sangat jelas: Karena Daud takut akan TUHAN. Sejarah Israel seolah menandaskan: Israel tidak akan memiliki raja, pemimpin, kecuali Tuhan sendiri. Seorang Raja sebesar Salomo pun, ketika dia mulai meninggalkan TUHAN, di sanalah awal kehancurannya.

Siapa TUHAN? Ehyeh asyer Ehyeh, Aku adalah Aku. Dia tidak terkungkung dalam bekapan manusia, Dia adalah diriNya sendiri dengan kehendakNya sendiri. Tan kena kinaya ngapa. Adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan (tak terjamah – impossibility, jauh tak terbayangkan, dekat tak tersentuh). Beruntung bahwa kehendakNya yang dinyatakan dalam Alkitab selalu mengarah pada Shallom bagi semuanya. Menarik bahwa kata shallom dalam bahasa Ibrani selalu mengandung dua arti yang berdiri dan hidup bersama: damai (sebuah kondisi batin) dan sejahtera (sebuah kondisi fisik). Agak berbeda dengan nuansa dalam terjemahan Jawanya tentrem rahayu yang lebih cenderung mengarah pada semata kondisi batin. Mana yang tepat? Hal tersebut membuktikan bahwa setiap konteks punya cara hidupnya masing-masing (to each its own meaning). Demikianlah maka kontekstual menjadi selalu perkara penting dalam kehidupan iman dan berteologi. Apa yang ada di Eropa tak selamanya bisa dihidupi di Indonesia, dan apa yang di Israel harus diterjemahkan dalam konteks Tanjung Perak untuk benar-benar bisa dihidupi.

... KE GKJW TANJUNG PERAK

Berdasarkan note pengantar yang diberikan kepada saya oleh panitia, menarik, bahwa kondisi GKJW Tanjung Perak dan Israel mempunyai sebuah kedekatan. Bahkan kedekatan itu nyaris sebangun. GKJW Tanjung Perak adalah jemaat yang hidup di kawasan militer Angkatan Laut, kawasan pertumbuhan ekonomi, dan pelabuhan, yang membuatnya menjadi shelter bagi para pejalan. GKJW Tanjung Perak adalah bukan sebuah rumah permanen yang ditakdirkan abadi, tetapi justru kemah bagi orang-orang yang datang dan pergi. Pada saatnya mereka akan membangun kemahnya, dan pada saat yang lain hidup menentukan mereka untuk kembali berjalan. Bertransisi. Maka tidak bisa tidak, transisi inilah yang kemudian menjadi konteks bagi kehidupan GKJW Tanjung Perak. 

Di sana ada tantangan tersendiri bagi para penatua diaken. Tidak lain akhirnya mengarah pada bagaimana penatua diaken melihat Gereja dan warga jemaat. Tenang ketidak-jenakan, mereka sudah dibiasakan oleh sistem mutasi pendeta, pendeta yang melayani datang dan pergi sesuai masa tugasnya, tetapi tidak bisa tidak, penatua diaken ditantang lebih besar lagi. Maka keberanian mengatakan “Iya, saya bersedia” ketika pemberkatan penatua diaken adalah keberanian besar, yang bisa diduga tidak mungkin sekadar lahir dan dihidupi oleh kekuatan manusia yang terbatas. Saya yakin di sanalah peran Tuhan. Tuhan telah memilih. 

Istimewanya adalah pilihan Tuhan bukan sebuah pemilihan berdasarkan kemampuan individual, bukan pilihan berdasarkan prestasi dan status sosial, tetapi berdasarkan hak prerogatifNya. Allah sendiri memilih, alasannya: wallahualam, tidak ada yang tahu kecuali Allah sendiri. Tetapi yang bisa diyakini adalah jika Tuhan memilih pasti dampak dari keterpilihannya adalah Shallom. 

TRANSISI

Para penatua dan diaken adalah yang terpilih dalam masa transisi tersebut. Masa transisi ini digambarkan sebagai kondisi peralihan, tapi bukan sekadar peralihan, tapi peralihan dari “gelap menuju terangNya yang sejati.” Kondisi gelap ini adalah kondisi penuh penguasaan diri, ketidakadilan, pembuangan. Sedangkan kondisi terang adalah ketika karya Allah sungguh-sungguh terwujud digambarkan dengan “air mata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Ketika shallom itu sungguh-sungguh terwujud. Transisi ini adalah peralihan membaik. Dan hidup di dunia inilah yang disadari oleh GKJW sebagai masa transisi (Untuk mendapatkan gambaaran mengenai masa transisi ini silakan melihat PPJP GKJW bagian dasar teologis).

EBED YHWH

Hamba TUHAN (ebed YHWH) adalah cerita sentral dalam Deutero Yesaya, kitab yang ditulis pada masa pembuangan Babilonia menuju kepulangan kembali ke tanah air perjanjian. Sebuah kitab transisi. Sang ebed YHWH adalah pembebas Israel yang tidak hanya simbolis tapi mesianis. Tidak hanya organisatoris tetapi eskatologis. Para penafsir Kristen sering buru-buru meletakkan posisi ebed YHWH ini pada seorang Yesus. Salah? Tidak! Namun dalam konteks aslinya, ebd YHWH tidak bisa tidak seharusnya dilihat sebagai umat ketimbang pribadi. Siapakah umat ini? Tidak lain umat pilihanNya. Misalnya dalam Yes 41 : 8 dikatakan “Tetapi engkau, hai Israel, hambaKu .....” dan Yes 44 : 1 tertulis : “..... hai Yakub, hambaku, dan hai Israel, yang telah Kupilih!”. Di dalam Im 25 : 42 dan 55, TUHAN menyebut mereka sebagai hamba-hamba yang dibawaNya keluar dari Mesir. Maka ebed YHWH ini nyatanya tidak pernah personal tetapi selalu dalam nuansa komunitas pilihan. Dan jika boleh agak langsung mengaitkan, dalam retreat pengutusan ini, para penatua diaken inilah sang ebed YHWH bagi konteks GKJW Tanjung Perak. 

Terlalu berlebihankah? Iya jika posisi ebed YHWH ini dilihat sebagai posisi prestisius, sebuah pencapaian. Jika posisi itu lantas dipahami dengan arogansi, maka berlebihan dan bisa dipastikan gagal paham besar. Ini melupakan Ebed YHWH tidak pernah dipanggil untuk menguasai, tapi untuk berkarya agar tanda hadirnya Kerajaan Allah bagi dunia benar-benar nyata dan dirasakan. Maka tidak bisa tidak, ebed YHWH adalah keterpilihan untuk ikut berkarya bagi Allah, bukan untuk dirinya sendiri. 

Apakah ciri khas dari ebed YHWH ini?

1. Roh Tuhan ada padanya (Yes 42: 1). Ebed YHWH tidak perlu khawatir dengan jalan berbatu dan berliku, dengan panas terik dan hujan musim dingin, karena dia tidak pernah berjalan sendiri. Selalu Tuhan dalam RohNya menyertainya. 

2. Panggilan sang ebed YHWH adalah untuk berkarya membawa penyelamatan TUHAN bagi seluruh bangsa. Tugas yang berat tampaknya, tapi poin 1 di atas memberikan sang hamba kekuatan. Menarik bahwa di atas segala tugas, panggilan, dan keberadaannya, Yes 42: 1 meletakkan ayat tersebut mendahului semua ayat yang lain. 

Dalam Yesaya, istilah yang dipakai adalah ebed/eved (abod), hamba. Dia tidak akan pernah menjadi tuan. Dia selamanya adalah hamba. Tapi dia mengerjakan pekerjaan tuannya. Apakah panggilan dan tugas seorang hamba selain untuk bekerja. Panggilannya bukan untuk berpesta dan mengatur, tapi untuk melayani. Maka untuk menjadi seorang hamba tidak lain dibutuhkan kerendahhatian, rasa ikhlas, kesungguhan, dan di atas segalanya kesetiaan. Keempat hal inilah yang menjadi standar seorang hamba. Dari kerendahhatian lahir kesederhanaan (prasaja). Dari rasa ikhlas lahir penerimaan, kepatuhan, dan kerelaan berkorban. Dari kesungguhan lahir dedikasi dan motivasi. Dari kesetiaan lahir komitmen. 

Yang juga menarik adalah kedekatan kata ebed (abod) dengan abodah (ibadat). Karya sang hamba itulah ibadatnya. Ibadatnya bukan dengan “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan” (Yes 42: 2) tetapi dengan laku. 

Apakah karya sang ebed YHWH ini? 

  • Untuk menyatakan hukum (bukan hukuman) kepada bangsa-bangsa (42:1). Supaya setiap orang mengerti dan mau hidup di jalan TUHAN.
  • Untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. Proyeksinya selalu tidak pernah untuk diri sendiri, tetapi untuk mereka yang menderita, mereka yang tidak dikasihi, mendapatkan ketidakadilan, dan hidup dalam keberadaan yang penuh tekanan.
  • Karya sang hamba adalah karya nir kekerasan. Jalan mereka adalah jalan pengampunan dan pemaafan. Jalan kasih. Jalan kehidupan. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.” (Yes 42: 2). Ketika di tempatnya hidup ada budaya yang melanggengkan tradisi pro kematian (seperti pembalasan dendam, kepahitan, ketidakadilan, teror, aborsi, dll) dia tidak membalas yang jahat dengan yang jahat, tetapi dengan menegakkan hukum kasih Tuhan. Dalam tradisi Israel, di tengah segala kemelut dosa, yang terjadi bukanlah kemarahan atau tuding mencari siapa yang keliru, tetapi sang imam akan datang kepada TUHAN dalam doa permohonan pengampunan. 


3. Dia tidak akan dipandang berharga oleh manusia. Yang dicari seorang ebed YHWH bukanlah pemuliaan diri, tetapi semata terwujudnya karya TUHAN atas dunia.  “Begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi” (Yes 22: 15), “Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.” (Yes 53: 2-3). Dia rela menanggung. Dia rela terinjak dan tidak akan memilih untuk menginjak. Karena di dalam dia “penyakit kitalah yang ditanggungnya dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” (Yes 53: 4).

4. Sukacitanya tidak lain adalah ketaatannya menjadi hamba TUHAN itu sendiri (Yes 50: 4-9).

KEMBALI KE TITIK BERANGKAT

Penatua dan diaken di GKJW memiliki posisi yang sangat strategis. Mereka bisa mencintai dalam diam, atau bisa jadi membunuh dalam diam. Mereka mencintai dalam diam ketika karya mereka bisa dirasakan bahkan tanpa mereka perlu muncul di permukaan, yang mereka bagikan adalah kasih Allah, mereka melayani. Tapi bisa jadi mereka adalah pembunuh diam-diam, ketika akhirnya yang mereka kejar adalah keinginan pribadi, dan posisi mereka sebagai penatua dan diaken bisa memberikan jalan untuk penyalahgunaan, mereka bisa saja sama-sama tidak tampak tapi yang begitu dirasakan adalah orang-orang mengikuti kehendak mereka, dan bukan Tuhan.

Maka menjadi penting kemudian untuk mengenal diri secara utuh. Hal ini tidak bisa tidak. Siapakah aku? Apakah harapanku? Apakah ketakutanku? Apakah peranku? Bagaimana dengan pekerjaanku? Bagaimana dengan keluargaku? Manakah yang harus aku prioritaskan?

Untuk bertemu dengan jawaban dari pertanyaan itu, seorang Yakub bergumul dengan Tuhan menjelang perjumpaannya dengan Esau sampai Tuhan membuatnya pincang di pangkal pahanya. Seorang Yusuf harus dijual ke Mesir dan mengalami hidup sebagai orang tahanan. Seorang Musa bertemu Tuhan di Horeb dan harus melepaskan kasutnya. Seorang Gideon harus menjawab keraguannya kepada Tuhan dengan embun dan bulu domba. Seorang Ayub harus mengalami kehilangan segalanya. Seorang Daniel menjaga kesetiaannya di tengah pembuangan bahkan sampai ditangkap dan dibuang ke gua singa. Seorang Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel, para nabi besar itu, harus berjumpa secara pribadi dengan Tuhan dan menyatakan ketidakpercayaan diri mereka. 

Hanya perjumpaan dengan Tuhan itulah yang memampukan mereka pada akhirnya berkata, “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6: 8)

Pdt. Gide Buono
Disampaikan dalam RETREAT PENGUTUSAN Majelis Jemaat GKJW Jemaat Tanjung Perak, RR Dharmaningsih, Claket-Pacet Mojokerto, 7-8 Februari 2016

COMMENTS

Nama

15 Menitan,59,ACWC,2,adi yuswa,2,Adven,1,Baptis,3,Berita,180,Berita Jemaat,75,Bulan Budaya,1,Bulan Keluarga,1,Bulan Kitab Suci,1,Daur Majelis,2,Essay,10,Foto,119,Gereja Suaka Iklim,3,Hari Doa Sedunia,3,HPPGA,2,HUT,3,HUT ke-135 Tahun,1,HUT RI 78,1,Ibadah,64,Ibadah Syukur,18,Intergenerasi,3,Jumat Agung,2,Kafe Door,10,Kamis Putih,1,Kartini,2,Kelas Kreatif,12,Kelas Mulung,5,Kemerdekaan,3,Kerja Bakti,4,Kesekretariatan,23,Kespel,2,KPAR,36,KPAY,5,KPK,6,KPMG,2,KPP,11,KPPL,8,KPPM,32,KPPW,8,KPT,47,Lomba Agustusan,1,Majelis,1,MD Kediri Utara 2,16,Minggu Palmarum,1,Mulung,82,Natal,12,Oikumene,1,P2A,5,PA,3,Padus anak,1,Pamong,1,Paskah,11,Pekan Pemuda,1,Pemuda,23,Pendeta,5,Pentakosta,2,Perjamuan Kasih,2,Perjamuan Kudus,5,Pertanian Organik,4,PEW,15,PJS,1,Pokja Reportase,2,Poster Natal,1,PPerjamuan Kudus,1,Pra Paskah,8,Produk Cafe Door,3,Produk Jemaat,5,Produk Kelas Kreatif,2,Produk Pemuda,1,Program,8,Program Unggulan,40,PTWG,3,Renungan,50,Sabtu Sunyi,1,SALIB,1,Sejarah,4,Sidang MD,1,Tahun Baru,3,Teologi,27,Tokoh,5,UEM,2,UKDW,1,Unduh-unduh,4,Warga,27,Wartawan Cilik,8,
ltr
item
GKJW Jemaat Tunglur: Vocation: Ketika Kristen Berarti Transisi
Vocation: Ketika Kristen Berarti Transisi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVIuelxL6cYSFagKkYc_HAKyug2ccRtcHp_1noXmh-DU94C54jZI8ZDC-6O4wG3A02erFDNi1Ya02KNzDQszkotieHW4M38SlV-nVkso5DH9wX6REmaAvh2n0EPPgYrFv0aKV2nSYLxSM/s1600/large_exodus-understanding-one-of-the-bible-s-major-themes-i2vrzucl.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVIuelxL6cYSFagKkYc_HAKyug2ccRtcHp_1noXmh-DU94C54jZI8ZDC-6O4wG3A02erFDNi1Ya02KNzDQszkotieHW4M38SlV-nVkso5DH9wX6REmaAvh2n0EPPgYrFv0aKV2nSYLxSM/s72-c/large_exodus-understanding-one-of-the-bible-s-major-themes-i2vrzucl.jpg
GKJW Jemaat Tunglur
https://tunglur.gkjw.or.id/2017/02/vocation-ketika-kristen-berarti-transisi.html
https://tunglur.gkjw.or.id/
https://tunglur.gkjw.or.id/
https://tunglur.gkjw.or.id/2017/02/vocation-ketika-kristen-berarti-transisi.html
true
6179814512795437537
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy