Dokumentasi Ibadah ACWC atau Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia | Minggu, 27 November 2022 | GKJW Jemaat Tunglur

ACWC (Asian Church Women's Conference) atau disebut juga HPPGA (Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia). Perayaan ACWC pada tahun 2022 ini Tata Ibadah dipersiapkan oleh Komisi Perempuan Negara Bangladesh. Dengan tema "Bangkit Bersama Kristus" dengan dasar firman Tuhan yang tertulis dalam Kolose 3:1 (Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah)

Berkaitan dengan fenomena diskriminasi perempuan dan ketidaksetaraan gender di Bangladesh akibat dominasi laki-laki di setiap bidang publik maupun privat masih terus terjadi, terlebih perempuan di Bangladesh harus tunduk pada laki-laki. Karenanya perempuan di negara tersebut sangat rentan menjadi korban sistem patriarkal dan mengalami diskriminasi di semua tingkatan. Secara tradisional perempuan Bangladesh hanya terbatas pada status sebagai istri dan ibu rumah tangga yg tergantung pada suami. Sebagian besar keluarga dalam masyarakat Bangladesh belum keluar dari norma sosial tradisional dan adat istiadat yg merugikan perempuan seperti; pernikahan dini yg memicu bias gender baik di pedesaan maupun di perkotaan. Pola pikir yg menganggap perempuan pada dasarnya hanya untuk mengurus rumah tangga saja telah menyebabkan ketergantungan di sepanjang hidupnya. Perbedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan telah dimulai sejak awal mereka lahir.

 

Sebagai contoh, masyarakat Bangladesh akan menyambut kehadiran bayi laki-laki dengan suara doa yg keras sementara pada bayi perempuan hanya akan memberikan doa melalui bisikan. Selanjutnya anak laki-laki merupakan aset penting dan menjadi harapan orang tua di masa depan. Agama juga turut mempengaruhi pola tindakan masyarakat dgn menggunakan ideologi agama dalam membenarkan praktek partriarki. Kebebasan untuk bekerja di luar rumah tidak diberikan bagi perempuan di Bangladesh. Bahkan pemukulan terhadap istri dan kekerasan dlm rumah tangga merupakan hal yg umum yg mudah dijumpai di kehidupan masyarakat Bangladesh.

Perempuan di Bangladesh juga tidak memiliki hak dan kendali atas properti dan warisan dalam keluarga. Di pedesaan masih sering terjadi penolakan bayi perempuan yg baru lahir oleh ayahnya. Mereka sering menyalahkan istrinya karena melahirkan anak perempuan. Bahkan tak segan mereka menyiksa istrinya oleh karena hal ini. Kekerasan pada perempuan juga terjadi tak kala ada penolakan lamaran pernikahan, penolakan berhubungan seksual atau pemberian mahar dari perempuan yg dianggap kurang. Bahkan kekerasan fisik pada perempuan dgn menyiram bahan kimia juga banyak terjadi di Bangladesh. Ketidaksetaraan gender di Bangladesh yg menempatkan perempuan sebagai korban secara garis besar terjadi di 4 bidang yaitu; politik, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. 

Melihat dan merasakan apa yg dialami oleh perempuan Bangladesh, kita tahu betapa rapuhnya perempuan yg diperhadapkan dlm situasi yg penuh dgn kekerasan dan ketidaksetaraan gender. Sehingga di angangkatlah tema "Bangkit bersama Kristus"melalui tema ini kita diajak untuk melihat makna kebangkitan Kristus. Kebangkitan tidak hanya peristiwa besar dimana Yesus bangkit dari kematianNya. Kebangkitan ini adalah kerapuhan itu sendiri. Yesus yg bangkit justru semakin menguatkan akan makna kebangkitan dalam kerapuhan.Hal ini menegaskan justru tubuh yg mengalami penganiayaan adalah tubuh yg mengalami kebangkitan juga.

Oleh karena itu kerapuhan dan kebangkitan ini patut kita rayakan bersama. Dengan melibatkan perempuan muda untuk bangkit dan melayani. Mencari perkara yg diatas, dimana Kristus ada membawa kita semua untuk turut berbela rasa bersama persekutuan perempuan di negara Bangladesh serta yg lainnya. Dalam renungan sore ini,  Ibu Tri Cahyani  mengingatkan bahwa kita adalah perempuan yg berharga dihadapan Allah, kerapuhan itu hendaknya membawa kita semakin dekat kepada Allah. 

Bersyukur untuk semua kerapuhan yg membangkitkan para perempuan untuk mencari Kristus.  Dalam acara ACWC kali ini kami juga menandainya dgn gerakan menanam bunga kamboja kuning guna mendukung pelayanan pokja duka. Dimana bunga kamboja ini kelak akan dibuat sebagai rangkaian bunga untuk salib.

Puji Tuhan dalam suasana hujan deras sore ini, ibadah perayaan ACWC boleh berjalan dgn baik. Hujan tidak  mengurangi semangat kami untuk bersama- sama beribadah. Terima kasih kepada semua yg telah turut serta dalam kegiatan ini kiranya Tuhan memberkati kita semua.

Amin.

Foto : Axel Jeconiah

Edit foto : Damai Nadi Ananda