Biasa dipanggil Bu Karni, atau Bu Angel (baca Enjel, dari namanya Sukarni, jika diambil dua suku kata pertama, Sukar, dalam bahasa Jawa angel). Bu Karni tidak mengetahui persisnya usianya. Lahir dari keluarga Muslim di Meduran, keluarganya tidak mengenal akte kelahiran, sehingga tidak mencatatkan tanggal berapa kelahirannya. Tetapi beliau dibaptiskan pada usia sudah cukup dewasa, ketika 25 Desember 1965. Sehingga merunut dari tanggal tersebut kemungkinan usia beliau berkisar di antara 70an tahun.
Pada masa mudanya, beliau mulai belajar Kekristenan di GKJW Jemaat Purwoasri. Beliau tertarik melihat masyarakat Kristen di sana yang menurut beliau rutin mengadakan kebaktian Minggu dengan rukun. Akhirnya beliau pun kemudian tertarik dan minta dibaptiskan oleh Ds. Sistosrojo (Ds: Dominggus, istilah untuk pendeta bumiputera pada waktu itu). Beliau menikah dengan Bp. Diptoadi (alm), dilayani oleh Pdt. Giyarno Ragil. Tanggal perkawinan gerejawinya tidak diketahui, tetapi secara catatan sipil dicatatkan pada tanggal 15 Juni 1980. Anak pertamanya, Endang Rusita Kartikorini lahir pada 30 Mei 1981. Pada waktu itu GKJW Jemaat Tunglur juga komplang (tidak memiliki pendeta baku, dilayani oleh pendeta konsulen, GKJW Tunglur komplang sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 2011, 41 tahun). "Saya dulu itu tidak mengerti pacaran-pacaran. Yang saya tahu ya saya dikenalkan, lalu menikah. Tapi ya awet sampai Tuhan memisahkan." Ujar beliau sambil tertawa. Anak kedua beliau Devit Kristiyan Rudianto, lahir lima tahun setelah kelahiran anak pertamanya.
Sehari-hari, sebagai pensiunan guru, beliau menghabiskan hari ditemani oleh Desy Natalia (23), pemuda yang dibesarkannya sejak kecil dari keluarga Bp. Sudarto. Sedangkan kedua anaknya tinggal di luar daerah Tunglur, di Blitar dan di Pare. Beliau menanamkan kepada anak-anak dan cucunya untuk terus setia mengikut Tuhan Yesus, karena bagi beliau, sejak mempelajari Kekristenan dengan sungguh-sungguh beliau merasa mendapatkan ketenangan hati. "Jaman dulu saya tidak mengerti tentang agama itu bagaimana, lalu saya masuk Kristen. Saya ini kan orang Kristen telukan. Jadi belajarnya tidak seperti mereka yang sudah lahir dari Kristen sejak kecil. Sekarang setelah saya terus belajar, saya semakin mantap. Saya juga merasa tenang, karena Tuhan menjanjikan kepada saya hidup abadi di kerajaan Sorga, karena itu saya mengajarkan anak-anak saya dan para pemuda jangan sampai meninggalkan Tuhan Yesus."
- [message]
- Bu Karni tentang Mendampingi Para Pemuda
- "Berapa pun yang ada, harus tetap dilayani. Karena mengikut Tuhan itu kan bukan masalah jumlah tapi masalah ketekunan."
Beliau adalah orang yang senang belajar. Setelah pensiun mengajar, pada saat ini beliau sedang menamatkan pembacaan Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Beliau juga memelihara ternak, mencari pakannya sendiri dengan ramban tumbuhan di kebunnya. Sebagai majelis jemaat, beliau sangat rajin mengadakan kunjungan ke rumah warga jemaat. Tetapi yang paling diingat dari Bu Karni, pastilah bagaimana ibu yang sebenarnya sudah adi yuswa ini begitu setia menemani pemuda. Pada waktu pemilihan Badan Pembantu Majelis Jemaat (Komisi-komisi), bahkan para pemuda sendiri yang meminta beliau untuk menjadi ketua KPPM, mendampingi para pemuda.
Mengapa para pemuda memilih beliau yang sudah adi yuswa untuk menemani pemuda adalah karena semangat dan keterbukaan beliau. Beliau juga orang yang mendengarkan dengan setia. Beliau bisa menjadi ibu yang mengayomi para pemuda seperti anak-anaknya. Itu yang membuat para pemuda merasa nyaman dengan beliau. Beliau juga memberikan kebebasan kepada para pemuda untuk berkreasi apa saja. Itu yang membedakan Ketua KPPM GKJW Jemaat Tunglur dengan banyak ketua KPPM di jemaat yang lain. Jika di jemaat lain kebanyakan yang dipilih adalah yang muda, tetapi di Jemaat Tunglur, rasa ibu yang diberikan oleh Bu Karni justru menjadi kekuatan utamanya dalam mendampingi pertumbuhan para pemuda. Rasa keluarga ini juga terasa karena para pemuda di Jemaat Tunglur tidak banyak, bahkan bisa dihitung jari. Namun, walaupun demikian Bu Karni setia menemani para pemuda dalam kebaktian rutin yang diadakan dua minggu sekali. "Berapa pun yang ada, harus tetap dilayani. Karena mengikut Tuhan itu kan bukan masalah jumlah tapi masalah ketekunan."
Hari ini dengan kedekatan beliau dengan para pemuda, para pemuda juga merasa bebas berbicara dengan beliau seperti kepada seorang ibu sendiri. "Lah saya kalau mau kunjungan begitu, kadang Bima itu yang malah memberi tahu saya, 'Bu Dhe, sudah jam empat lo, waktunya kunjungan.'" Para pemuda itu juga yang menyemangati beliau dalam berpelayanan.
- [message]
- Bu Karni tentang Kesetiaan
- "Saya ini bukan orang yang bisa bergerak cepat, atau berpikir dengan sangat kreatif seperti orang-orang muda. Saya juga tidak mengerti teknologi yang canggih-canggih. Saya hanya mengerti menemani dengan setia. Hanya dengan itu saya menemani para pemuda itu."
"Saya ini bukan orang yang bisa bergerak cepat, atau berpikir dengan sangat kreatif seperti orang-orang muda. Saya juga tidak mengerti teknologi yang canggih-canggih. Saya hanya mengerti menemani dengan setia. Hanya dengan itu saya menemani para pemuda itu." Beliau juga menyatakan bahwa seseorang berubah menjadi baik bukan karena teguran atau perintah, tetapi karena ditemani dengan setia dan penuh kasih. Walaupun kadang kondisi kesehatannya, karena usia, beliau harus mengambil waktu istirahat cukup setelah menemani para pemuda, tetapi beliau berusaha untuk selalu hadir. "Saya itu masih terus belajar kok, sampai hari ini. Masih banyak kekurangan." Ungkapnya dengan rendah hati.
Seri tokoh inspiratif GKJW Jemaat Tunglur terbit setiap Hari Sabtu.
COMMENTS